Kepeng, Uang Berlubang Dengan Aneka Simbol

0

Uang Kepeng atau pis bolong adalah uang koin yang memiliki lubang berbentuk bujur sangkar di bagian tengahnya. Saat ini uang tersebut masih memiliki fungsi di Bali. Bukan sebagai alat tukar pembayaran, melainkan sebagai sarana upacara. Bahkan boleh dikata uang ini memiliki kedudukan penting. Hampir semua bebantenan (sarana upacara) menggunakan uang kepeng sebagai akah (inti). Bebantenan sendiri adalah sarana upacara yang sarat makna dan simbol. Pada intinya ia merupakan ungkapan rasa terima kasih umat kepada Hyang Widhi atas segala limpahan anugrahNYA.

Secara keberadaan, uang kepeng sendiri sejatinya merupakan uang kartal atau alat tukar yang sah di Bali sekira pada era kekuasaan Raja Udayana pada 989 Masehi. Informasi lain mengatakan, uang ini sudah mulai beredar di Bali Kuno pada abad ke7. Peredaran tersebut menandai telah terjadinya hubungan dagang antara Bali dan Cina pada masa itu karena uang-uang kepeng tersebut dibuat di Cina pada zaman pemerintahan Dinasti Tang (618 M – 907 M). Pada masa itu, selain digunakan sebagai alat tukar, oleh masyarakat Bali uang kepeng sudah digunakan pula sebagai sarana upacara. 

Makna Uang Kepeng 
Dari aspek bentuk, bentuk bulat dari uang kepeng melambangkan windu (nol) yang merujuk sifat Sang Hyang Widhi (Tuhan) yang sunya, ada tapi tiada.  Windu juga bermakna kesucian tanpa noda dari Tuhan.

Lubang berbentuk segi empat di tengah-tengah kepingan uang ini mencerminkan ajaran catur purusa artha yaitu empat jalur dalam satu kesatuan jalan menuju Tuhan yakni dharma (kebenaran), artha (kebendaan), kama (keinginan indrawi), dan moksa (kebebasan).  Makna-makna ini terlihat pada penggunaan uang kepeng pada daksina dan kewangen.  Daksina adalah salah satu jenis sesajian, sedangkan kewangen adalah rangkaian bunga yang digunakan saat melakukan persembahyangan.  

Selain makna di atas, uang kepeng juga melambangkan "penebusan suci" melalui ritual yang dijalani. Dalam pemaknaan ini sejumlah uang kepeng dirangkai dengan sutas tali kapas. Satu rangkaian biasanya terdiri dari 200 keping uang kepeng. Beberapa rangkaian itu kemudian ditempatkan pada sebuah tas kecil dari tapis atau dari anyaman. Ini dinamakan sandangan.  Satu sandangan ada yang terdiri dari  1700 keping yang disebut Sepa Satus. Sandangan dengan jumlah uang kepeng yang lebih kecil dinamakan Pis Andel Andel.  Terdiri dari 200 keping uang kepeng yang diikat dengan benang tiga warna (merah, hitam, putih) atau tridatu.  

Selain untuk upacara di pura, uang kepeng juga digunakan untuk upacara kematian yakni pada upacara Ngajum Sekah.  Di sini uang kepeng ditempatkan di atas kain putih yang digambari anatomi manusia lalu uang kepeng tersebut ditempel menggunakan jarum.

Selain sebagai alat transaksi pembayaran dan upacara, uang kepeng juga digunakan sebagai medium untuk membangkitkan sugesti tertentu. Semisal uang kepeng bergambar arjuna yang dikenal dengan  Pis Rejuna, uang kepeng diberi sugesti untuk menghadirkan vibrasi ketampanan pada lelaki yang membawanya.  Untuk fungsi serupa pada perempuan, dikenal uang kepeng bergambar bidadari yang dinamakan pis dedari. 

Untuk sugesti-sugesti lain, dikenal uang kepeng bergambar Hanuman (Pis Anoman), punakawan (pis Tualen atau pis Sangut), kuda (pis jaran), dan gajah (pis gajah). Masing-masing memancarkan vibrasi dan sugesti tersendiri seperti gesit, bijaksana, fleksibel, tangkas, dan kuat. (*)  

Post a Comment

0Comments

Please Select Embedded Mode To show the Comment System.*