Belajar dari Anton Chekhov

0

Oleh : A.S. Laksana

TIAP-TIAP bagian di bawah ini adalah ringkasan surat-surat Anton Chekhov kepada para penulis muda, untuk mengomentari karya-karya mereka dan menyampaikan pendapatnya sendiri tentang tulisan yang bagus.

Membaca, Menonton, Mendengarkan
Kalaupun saya tidak menulis apa pun, perjalanan ini tidak akan pernah kehilangan daya tariknya. Dengan membaca, menonton, dan mendengarkan, saya akan menemukan dan mempelajari banyak hal. 

Segala Jenis Subjek
Tulis tentang segala jenis subjek: yang lucu, yang menyedihkan, yang baik, yang buruk. 

Jangan Dihalus-haluskan
Jangan mengamplas permukaan yang kasar, jangan memoles-moles. Tulis saja sejernih mungkin. Kejernihan adalah saudara kandung dari bakat.

Bukan apa yang kulihat, tetapi bagaimana caraku melihat
Aku sudah melihat apa saja. Jadi, ini bukan tentang apa yang kulihat, melainkan bagaimana caraku melihat segala sesuatunya.

Potong tanpa Ampun
Hal yang aneh telah terjadi: Aku mengembangkan obsesi tentang kejernihan. Tidak peduli apa pun yang kubaca—tulisanku sendiri maupun tulisan orang lain—semuanya terasa terlalu panjang bagiku.

Polisi Sastra
Tidak ada patroli polisi yang dapat menganggap dirinya paling kompeten dalam bidang sastra. Kritikus terbaik untuk setiap tulisan adalah nurani penulisnya.

Keringkasan, kejernihan
Semakin banyak anda memotong, semakin banyak cerita anda akan diterbitkan... Tetapi yang paling penting dari semuanya adalah tetap tajam, cermat, dan bersemangat dalam menjalani urusan anda. Koreksi tulisan anda, lima kali jika perlu, dan jadikan tulisan itu seringkas mungkin.

Saksi, Bukan Hakim
Tugas penulis bukanlah memecahkan masalah-masalah. Tugas penulis hanya merekam tentang siapa, dalam situasi apa, mengatakan atau berpikir tentang apa. Penulis tidak perlu menghakimi karakter-karakternya atau ucapan mereka; dia cukup menjadi saksi yang tidak berpihak … Sudah saatnya bagi para penulis—dan terutama seniman sejati—untuk mengakui bahwa tidak mungkin menjelaskan apa pun. Sokrates mengakui hal ini sudah lama, begitupun Voltaire. Hanya kerumunan yang mengira mereka tahu dan memahami segala sesuatu.

Seni tidak Harus Menyelesaikan Masalah
Tugas seniman bukanlah memecahkan pertanyaan-pertanyaan yang sangat khusus. Kita sudah memiliki para ahli untuk menghadapi pertanyaan-pertanyaan khusus, misalnya membuat keputusan tentang komune petani, memikirkan nasib kapitalisme, mengatasi kejahatan dan alkoholisme, memikirkan sepatu bot, dan menjawab keluhan perempuan... Penulis hanya menyampaikan apa yang dia pahami; bidang keahliannya terbatas sebagaimana para ahli khusus lainnya.

Penulis mengamati, memilih, menebak, dan menyusun; tiap-tiap operasi tersebut mengasumsikan ada pertanyaan pada awalnya. Jika penulis tidak mengajukan pertanyaan awal, dia tidak akan memiliki sesuatu yang dia tebak atau dia pilih.

Anda tidak perlu mencampur-adukkan dua konsep: memecahkan masalah dan merumuskan masalah secara benar. Yang terakhir itulah yang perlu dilakukan oleh penulis. Tidak ada satu pun masalah yang terpecahkan dalam "Anna Karenina”, namun novel itu memuaskan anda karena semua masalah yang diangkat dirumuskan secara benar. 

Menggambarkan Kehidupan secara Jujur
Sebagai dasar novel saya, saya mengambil kehidupan beberapa orang baik: kepribadian mereka, tindakan mereka, kata-kata, pikiran, dan harapan mereka; tujuan saya adalah membunuh dua burung dengan satu batu: menggambarkan kehidupan dengan jujur dan pada saat yang sama menunjukkan sejauh mana kehidupan ini menyimpang dari norma. 

Norma tidak dapat saya capai. Kita semua tahu apa itu perbuatan yang tidak terhormat, tetapi kita tidak tahu apa kehormatan itu sendiri. 

Sokrates dan Sang Koki
Lebih mudah untuk menulis tentang Sokrates daripada tentang seorang gadis muda atau seorang koki.[]




A.S. Laksana (kelahiran di Semarang, Jawa Tengah, 25 Desember 1968) adalah penulis jebolan ilmu komunikasi di FISIP Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.  Pernah menjadi redaktur tabloid politik Detik dan beberapa media lain. Pernah mendirikan sekolah penulisan kreatif Jakarta School. Karyanya, Bidadari yang Mengembara, terpilih sebagai buku sastra terbaik Indonesia 2004 versi Majalah Tempo. Ia juga Tokoh Sastra Pilihan Tempo 2013. Ia bisa ditemui di sini.

Post a Comment

0Comments

Please Select Embedded Mode To show the Comment System.*