“Mimpi” Putu Bule, Menyentakkan Kesadaran

0
Arena Pesta Kesenian Bali ke-31 dimeriahkan oleh penampilan seniman-seniman luar negeri. Satu di antara mereka adalah kelompok seniman dari Departmen of Theatre, The College of Holy Cross, Worcester-Massachusetts, USA. Bekerja sama dengan Sanggar Seni Citta Usadhi, Kabupaten Badung mereka mementaskan drama tari musikal lintas budaya (Bali-Amerika) berjudul “Mimpi”.

Dipentaskan pertama kali tahun 2004, di Holy Cross College, Massachusetts-Amerika Serikat, garapan ini adalah hasil kolaborasi antara Lynn Kremer (USA) dengan dua seniman Bali: Desak Made Suarti Laksmi dan I Nyoman Catra. Cerita inti yang dikisahkan dalam garapan ini di ambil dari cerita anak-anak, Bangau Putih yang juga terdapat di banyak negara seperti Jepang dan Rusia.

Untuk persiapan pementasan di arena PKB ini, Prof. Kremer dan krewnya telah berlatih di Sanggar Seni Citta Usadi di Mengwi Tani, Kabupaten Badung, dan melakukan uji coba di sanggar seni GEOKS Singapadu, Senin (22/06/09) lalu.

Drama musikal ini berkisah tentang pertemuan seorang pemuda tukang tenun bernama Putu (dimainkan oleh Thomas Layman), dengan seorang gadis jelmaan seekor bangau putih yang pernah diselamatkannya dari badai salju yang mengancam jiwanya. Setelah perkawinan mereka, sang istri menawarkan diri untuk menenun selembar kain yang bisa dijual di pasar guna memenuhi kebutuhan hidup mereka yang miskin. Satu syarat yang diajukan, sang suami tidak boleh melihatnya ketika sang istri sedang menenun di dalam ruangan gelap. Lahirlah kain tenun yang indah.

Ketika menjualnya di pasar, si Putu bule itu teramat takjub begitu kain buatan istrinya dibeli dengan harga sangat mahal. Hal itu menjadikan Putu terpesona dan lupa diri. Ia meminta istrinya untuk menenun lagi kain yang lebih baik agar bisa dijual dengan harga yang lebih mahal. Sang istri menyanggupinya, namun mengatakan bahwa itulah yang terakhir kali baginya.

Namun, begitu kain ke dua laku dengan harga yang melambung tinggi, Putu kembali memaksa istrinya untuk sekali lagi menenun kain yang lebih indah. Karena cintanya, si putri bangau terpaksa menurutinya sembari mengingatkan bahwa permintaan itu bisa menyebabkan kematian dirinya.

Ketika sang istri tidak muncul-muncul dari ruang penenunan dalam waktu yang lebih lama daribiasanya, Putu diam-diam mengintip dari balik kelambu. Ia begitu terkejut ketika mengetahui bahwa istrinya yang tiada lain seekor bangau putih yang sedang mencabik-cabik bulunya untuk ditenun menjadi selembar kain. Terkejut dan ketakutan, bangau putih pun terbang dan tidak pernah kembali lagi.
Peristiwa dramatis itu membuat Putu tersentak dari mimpinya dan menyadari bahwa keserakahan kerap justru membuahkan kehilangan besar.

Pertunjukan ini didukung oleh 14 pemain tamu, yang memperkuat para pemain “asli” yang datang dari Amerika Serikat. Nyanyian-nyanyian dan teks dalam garapan ini diambil dari berbagai sumber antara lain: cerita Bali; Living in Two World, The Dancing Pig, The Crane Wife, Tibet Through the Red Box, Blossoms of Longing, dan Dammapada.

Post a Comment

0Comments

Please Select Embedded Mode To show the Comment System.*